Minggu, 08 April 2012

Taman Suaka Margasatwa Muara Angke


 Taman suakamargasatwa Muara Angke adalah sebuah kawasan konservasi di wilayah hutan bakau (mangrove) di pesisir utara Jakarta.Kawasan yang berdampingan dengan Perumahan Pantai Indah Kapuk ini, hanya dibatasi Kali Angke dengan permukiman nelayan Muara Angke. Pada sisi utara KKMA terdapat hutan lindung Angke Kapuk yang berada di dalam wewenang Dinas Kehutanan DKI Jakarta. Menurut Alwi Shahab salah seorang penulis dan budayawan Betawi. Menurutnya, kata "angke" berasal dari bahasa Hokkian, yakni "ang" yang berarti merah dan "ke" yang berarti sungai atau kali. Hal ini terkait dengan kejadian tahun 1740, saat Belanda membantai 10.000 orang Tionghoa di Glodok, yang membuat warna air Kali Angke yang semula jernih menjadi merah bercampur darah.
Semula SMMA ditetapkan sebagai cagar alam oleh pemerintah Pada jaman dahulu pada tanggal 17 Juni 1939, dengan luas awal 15,04 ha. Kemudian kawasan ini diperluas sehingga pada sekitar tahun 1960-an tercatat memiliki luas 1.344,62 ha. Dengan meningkatnya tekanan dan kerusakan lingkungan baik di dalam maupun di sekitar kawasan Muara Angke, sebagian wilayah cagar alam ini kemudian menjadi rusak. Sehingga, setelah 60 tahun menyandang status sebagai cagar alam, pada tahun 1998 Pemerintah mengubah status kawasan ini menjadi suaka margasatwa untuk merehabilitasinya. Sebagian besar telah berubah menjadi rawa terbuka yang ditumbuhi rumput-rumputan, gelagah (Saccharum spontaneum) dan eceng gondok (Eichchornia crassipes). Di kawasan Konservasi muara angke ini juga terdapat jembatan kayu sepanjang 843 meter yangTercatat sekitar 30 jenis tumbuhan dan 11 di antaranya adalah jenis pohon, yang hidup di SMMA. Pohon-pohon mangrove itu di antaranya adalah jenis-jenis bakau (Rhizophora mucronataR. apiculata), api-api (Avicennia spp.), pidada (Sonneratia caseolaris), dan kayu buta-buta (Excoecaria agallocha). Beberapa jenis tumbuhan asosiasi bakau juga dapat ditemukan di kawasan ini seperti ketapang (Terminalia catappa) dan nipah (Nypa fruticans).Selain jenis-jenis di atas, terdapat pula beberapa jenis pohon yang ditanam untuk reboisasi. Misalnya asam Jawa (Tamarindus indica), bintaro (Cerbera manghas), kormis (Acacia auriculiformis), nyamplung (Calophyllum inophyllum), tanjang (Bruguiera gymnorrhiza), dan waru laut (Hibiscus tiliaceus).
Keanekaragaman Satwa
MONYET

MONYET
SMMA merupakan tempat tinggal aneka jenis burung dan berbagai satwa lain yang telah sulit ditemukan di wilayah Jakarta. Jakarta Green Monster mencatat seluruhnya ada 91 jenis burung, yakni 28 jenis burung air dan 63 jenis burung hutan, yang hidup di wilayah ini. Sekitar 17 jenis di antaranya adalah jenis burung yang dilindungi.
REMETUK LAUT

BANGAU

BANGAU BLUWOK

Jenis burung yang sering dijumpai antara lain adalah pecuk-padi kecil (Phalacrocorax niger), cangak (Ardeola spp.), kuntul (Egretta spp.), kareo padi (Amaurornis phoenicurus), mandar batu (Gallinula chloropus), betet biasa (Psittacula alexandri),merbah cerukcuk (Pycnonotos goiavier), kipasan belang (Rhipidura javanica), remetuk laut (Gerygone sulphurea) dan lain-lain. Beberapa di antaranya merupakan burung khas hutan bakau seperti halnya sikatan bakau (Cyornis rufigastra). Selain itu, SMMA juga menjadi rumah bagi perenjak Jawa (Prinia familiaris). SMMA juga dihuni oleh beberapa jenis burung endemik, yang hanya ada di Pulau Jawa. Misalnya cerek Jawa (Charadrius javanicus) dan bubut Jawa (Centropus nigrorufus). Bubut Jawa diketahui sebagai salah satu spesies terancam punah di dunia, dengan penyebaran terbatas di beberapa tempat saja termasuk di SMMA. Burung terancam punah lainnya yang menghuni kawasan ini ialah bangau bluwok (Mycteria cinerea). 
PIDADA

Di Pulau Jawa bangau jenis ini diketahui hanya berbiak di Pulau Rambut yang terletak tidak jauh dari Muara Angke.Selain itu juga di SMMA juga masih dijumpai kelompok-kelompok liar monyet kra atau juga biasa disebut monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Mereka hidup berkelompok hingga belasan ekor yang terdiri dari beberapa jantan dan betina. Makanan utamanya ialah dedaunan muda dan buah-buahan hutan bakau seperti buah pidada (Sonneratia caseolaris). Monyet ekor panjang memiliki peranan yang penting di dalam Suaka Margasatwa Muara Angke, karena membantu penyebaran biji-bijian tumbuhan hutan. Biji-biji yang tak dapat dicerna itu akan dikeluarkan kembali bersama dengan fesesnya.Jenis mamalia lain yang dapat ditemukan di SMMA akan tetapi jarang terlihat adalah berang-berang cakar-kecil (Aonyx cinerea). Karnivora kecil pemakan ikan dan aneka hewan air ini terutama aktif di malam hari nokturnal.SMMA juga menjadi tempat hidup berbagai spesies reptilia seperti biawak air (Varanus salvator), ular sanca kembang (Python reticulatus),ular kobra Jawa (Naja sputatrix), ular welang (Bungarus fasciatus), ular kadut belang (Homalopsis buccata),ular cincin mas (Boiga dendrophila),ular pucuk (Ahaetula prasina) dan ular bakau(Cerberus rhynchops). Menurut informasi dari warga sekitar, di SMMA masih ditemukan pula jenis buaya muara (Crocodylus porosus).
KOMENTAR SAYA:
Kita dapat menikmati pesona alam hutan tak perlu jauh-jauh pergi ke luar kota Ternyata di Jakarta pun kita bisa menikmatinya. Kita bisa mengunjungi Taman Margasatwa Muara Angke. Kawasan ini berada persis di seberang komplek Ruko Niaga Mediterania, pantai indah kapuk.Menurut saya kawasan konservasi muara angke ini sangat menarik untuk dikunjungi oleh semua orang baik anak-anak maupun orang dewasa sekalipun selain kita dapat melihat secara langsung bagaimana keadaan alam disana dan berbagai jenis mahluk hidup yang dapat kita lihat secara langsung Kawasan Margasatwa ini memang satu-satunya kawasan konservasi di Jakarta sekaligus yang terkecil di Indonesia. Selain itu kita juga dapat mengajak teman-teman kita maupun anak-anak lainnya untuk dapat mengenal dan memahami pentingnya kelestarian/konservasi alam sehingga dengan sendirinya akan timbul kesadaran, pola pikir dan sikap/tindakan positif terhadap alam. di masa yang akan datang orang-orang yang akan menjadi pemimpin bangsa harus mempunyai keberanian, bertangggung jawab, menjunjung tinggi nilai etika dan mempunyai visi yang berwawasan lingkungan serta juga menjaga lingkungan disekitarnya untuk kepentingan bersama.Bila kita ingin mengunjungi kawasan ini, kita terlebih dahulu harus mendapat izin dari Kantor Balai Konservasi sumber Daya Alam (BKSDA) DKI Jakarta.
Menjelajah hutan Bakau bisa dilakukan dengan menikmati keanekaragaman hayati di dalamnya, sebetulnya bisa saja menjadi paket ekowisata yang sangat menarik. Berjalan di atas Hutan Mangrove. Ataupun menaiki perahu bermesin. Melihat binatang dari dekat sambil diterangkan berbagai pengetahuan tentang hewan, lingkungan dan ekosistemnya. Hal ini akan menjadi edukasi kepada kita atau juga pengunjung sehingga kesadaran kelestarian lingkungan mahluk hidup didalamnya akan cepat disadari.Tentunya lapangan kerja sebagai pelaku wisata semakin terbuka.jadi saya berharap kepada masyarakat indonesia agar selalu mencintai lingkungan karena lingkungan itu sangat penting untuk kita jaga dan juga memberikan bekal untuk anak cucu kita nanti.
“saya rasa cukup sekian komentar dari saya mudah-udahan bermanfaat bagi kita semua lebih dan kurang saya mohon maaf karena manusia tidak ada yang sempurna kecuali yang menciptakan kita sendiri”

2 komentar:

  1. Nilai: 85

    Bagus dan lengkap laporannya, mudah-mudahan apa yang kamu dengar dan lihat disana bisa menambah wawasan dan kepedulian kita akan penting menjaga Jakarta tetap hijau

    BalasHapus
  2. baik bu terima kasih ya bu atas penilaiannya

    BalasHapus